PEMBAHASAN
A. Teori kepribadian Abdhidhamma
Teori ini berkembang pada abad ke-15 yang lalu, merupakan wawasan-wawasan ari Budha Gautama. Budhisme sendiri berkembang menjadi beberapa aliran, di antaranya aliran Mahayana dan Hinayana.
Dalam Abdhidhamma kata “kepribadian” serupa dengan konsep Atta atau diri(self) merupakan konsep Barat. Menurut Abdhidhamma tidak ada diri yang bersifat kekal dan abadi, benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal timbul dan menghilang. Yang nampak sebagai kepribadian terbentuk dari kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses-proses impersonal ini. Apa yang nampak sebagai diri, tidak lain adalah bagian keseluruhan jumlah bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, penginderaan, hawa nafsu, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang berkesinambungan atau bersambung menyambung dalam jiwa adalah Bhava, yakni kesinambungan kesadaran dari waktu ke waktu istilah bahasa Jawa, artinya sambung menyambung.
1. Macam-Macam Faktor Jiwa
Mengenai faktor-faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni:
1. Kusula : berarti murni, baik, sehat.
2. Akusula : berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat
Selain faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat, terdapat juga tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa, yakni:
§ a. Phasa : appresiasi adalah kesadaran semata-mata ke suatu objek
b. Sanna : persepsi adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera.
c. Cetana : kemauan yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek.
d. Vedana : perasaan aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu.
e. Ekaggata : keterarahan kepada suatu titik, yakni pemusatan kesadaran.
f. Manasikara : perhatian spontan, yakni pengerahan perhatian yang tidak disengaja karena daya tarik dari objek.
g. Jivitindriya : energi psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam faktor jiwa lainnya.
2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian adalah gerak kepribadian yang terjelma dalam tingkah laku, baik yang nampak maupun tidak nampak, terjadi karena interaksi antara faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat.
Beberapa contoh interaksi berbagai faktor jiwa dan bagaimana perilaku yang terjadi, atau menyebabkan sifat-sifat tingkahlaku tertentu, adalah sebagai berikut:
a. Kelompok faktor tidak sehat(ketamakan, kekikiran, irihati) mencerminkan ketenangan fisik dan jiwa yang terjadi karena berkurangnya perasaan-perasaan keterikatan.
b. Sikap-sikap alobha, adosa, tatramajjhata, dan passadhi menggantikan sikap rakus, atau sebaliknya, sikap menolak, dengan sikap penuh perhatian terhadap apa saja yang mungkin timbul dalam kesadaran orang menmyebabkan timbulnya sikap menerima apa adanya.
c. Sikap egoisme, menyebabkan orang haus atau mendambakan, pekerjaan yang terpandang, tinggi, dan mewah.
d. Sikap-sikap tenang bebas dan ketidak muakan menyebabkan orang menimbang keuntungan-keuntungan berupa upah prestasi.
3. Psikodinamika Abhidhamma
Psikodinamika dapat terjadi karena interaksi terfaktor jiwa dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Faktor-faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat.
b. Tetapi tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor sehat dan tidak sehat.
c. Kehadiran yang satu menekan faktor tandingannya.
d. Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak sehat, misalnya, ketidak-terikatan mampu secara sendirian menghambat ketamakan, kekikiran, iri hati, dan kemuakan.
e. Faktor-faktor kunci tertentu juga mampu menghambat sekumpulan faktor tandingan secara keseluruhan, misalnya jika terdapat delusi, maka tidak satupun faktor baik dapat timbul hadir bersamanya.
f. Kamma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami keadaan jiwa sehat atau keadaan jiwa tidak sehat.
g. Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dan pengaruh-pengaruh situasi di samping juga merupakan pindahan pengaruh dari keadaan jiwa kelompok, entah positif atau negatiif.
h. Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa tersebut muncul dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
i. Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang mengalami dan bertindak dalam suatu momen tertentu.
j. Walaupun mungkin semua faktor buruk hadir, namun keadaan yang dialami akan sangat berbeda, tergantung pada apakah, misalnya ketamakan atau kebekuan yang mendominasi jiwa.
k. Hierarkhi kekuatan dan faktor-faktor tersebut menentukan apakah keadaan spesifik itu akan menjadi positif dan negatif.
l. Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor sering kali muncul dalam keadaan jiwa seseorang , maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
m. Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
n. Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat sebagai berikut.
4. Tipe-Tipe Kepribadian
1. Tipe orang suka kenikmatan:
Berpenampilan menarik; sopan dan menjawab dengan hormat jika disapa. Jika tidur selalu mengatur tempat tidurnya secara cermat, membaringkan tubuhnya dengan hati-hati; dan tak banyak bergerak waktu tidur.
2. Tipe orang pembenci:
Berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan serampangan dan tergesa-gesa, tidur dengan badan tegang, dan marah jika dibangunkan.
3. Tipe Orang delusi:
Pakaiannya compang-camping, benangnya berseliweran, kasar seperti rami, berat dan tidak enak dipakai.
Dengan demikian, untuk setiap kasus diatas, lingkungan disesuaikan dengan tipe-tipe manusia dengan maksud menghambat faktor-faktor jiwa yang biasanya menguasai masing-masing tipe kepribadian.
B. Kawruh Jiwa Kramadangsa
Substansi Kawruh Jiwa
Nama Ilmu Jiwa Kramadangsa diambil dari buku yang diberi judul demikian. Buku tersebut merupakan bahan ceramah Ki Ageng Soerjomentaram bersama Ki Pronowowidigdo di Yayasan Hidup Bahagia di Jakarta pada tahun 1959. Namun keseluruhan dari wejangan-wejangan Ki Ageng yang semula diberi nama “Kawruh begja”atau Kawruh Jiwa”. Kramadangsa adalah sekedar nama. Istilah ini dimaksud oleh Ki Ageng sebagai rasa pribadi yang identik denagn namanya sendiri.

Nama Ilmu Jiwa Kramadangsa diambil dari buku yang diberi judul demikian. Buku tersebut merupakan bahan ceramah Ki Ageng Soerjomentaram bersama Ki Pronowowidigdo di Yayasan Hidup Bahagia di Jakarta pada tahun 1959. Namun keseluruhan dari wejangan-wejangan Ki Ageng yang semula diberi nama “Kawruh begja”atau Kawruh Jiwa”. Kramadangsa adalah sekedar nama. Istilah ini dimaksud oleh Ki Ageng sebagai rasa pribadi yang identik denagn namanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar