YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 11 Agustus 2018

GERONTOLOGI


Image result for GERONTOLOGI

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 1980). Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode  usia sebelumnya.
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor yang lain. Tiga faktor yang disebut di atas adalah (Calhoun & Acocella, 1990) :  a. Diri individu sendiri, yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada individu, perilaku individu, dan pemikiran serta perasaan individu yang individu hadapi setiap detik. b. Orang lain, yaitu orang lain berpengaruh besar pada individu, sebagaimana individu juga berpengaruh besar terhadap orang lain. c. Dunia individu, yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi individu saat individu menyelesaikan urusan individu dapat mempengaruhi individu dan mempengaruhi orang lain

Image result for GERONTOLOGI
Proses penyesuaian diri akan terus dilakukan oleh manusia dari muda sampai beranjak tua, dan masa tua akan terasa lebih sulit bagi lansia khususnya proses penyesuaian diri sejalan dengan banyaknya perubahan yang mereka alami baik itu fisik maupun psikisnya. Perhatian perlu diberikan kepada para lansia agar dapat membantu mereka dalam menerima dirinya dan keterbatasan-keterbatasan baik secara fisik, psikologi, maupun secara sosial. Penerimaan diri yang baik dari lansia terhadap keadaan dirinya dapat membantu lansia dalam menyesuaikan diri dan menjalani hidupnya. Dengan penyesuaian diri yang baik lansia akan merasa aman dan nyaman dalam lingkungan sosialnya. Lansia yang penyesuaian dirinya baik akan menikmati semacam keharmonisan didalamnya, dalam arti dengan dirinya sendiri. Jadi dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri yang baik akan menimbulkan dampak yang positif bagi lansia baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan tempat lansia berada (Hurlock, 2004).
Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya, lansia membutuhkan bekal dan kemampuan agar mereka dapat diterima di dalam lingkungan sosialnya, dimana dia berada. Seorang lansia yang dapat menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangannya, cenderung menjadi lansia yang mudah bergaul, lebih mudah menerima kekurangan dan kelebihan dirinya serta orang lain, lebih terbuka terhadap orang lain serta mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang dan lingkungan sekitarnya. Penyesuaian diri yang buruk merupakan ciri-ciri usia lanjut. Hal ini terlebih dirasakan bagi lansia yang berada di panti jompo yang mempunyai konsep diri yang kurang baik, mereka akan lebih mengalami kesulitan karena menyesuaikan diri dengan berbagai macam suku, agama, dan ras di panti jompo yang mereka tempati. Hal ini tidak akan dapat dilakukan oleh lansia jika lansia mempunyai konsep diri yang kurang baik dalam dirinya (Hurlock, 2004).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya keragaman kehidupan para lansia. Ada yang hidup bahagia di panti werdha, menurut penelitian Rianto Adi, orang lansia di beberapa panti werdha cukup bahagia. Penelitian Siti Rahayu Haditono juga melaporkan bahwa manusia lansia mempunyai preferensi tempat tinggal yang berbeda, secara umum penelitian ini menunjukkan preferensi untuk hidup bersama anak masih menonjol dan preferensi hidup mandiri di sebuah pemukiman khusus seperti panti werdha untuk lansia mulai diminati (Prawitasari, 1993).
            Panti werdha yang berbentuk Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading ini beralamat Jl. Sarwo Edi Wibowo, Plamongan Sari, Pedurungan, Kota Semarang yang dihuni 134 lansia yang berasal dari berbagai berbagai daerah dan status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Tidak sedikit dari mereka yang berasal dari ekonomi rendah dan biasanya atas permintaan sendiri. Namun ada juga yang dikirim oleh anggota keluarga yang status sosial ekonominya cukup baik, alasannya karena kesibukan mereka, sehingga tidak memiliki waktu untuk merawat para lansia tersebut. Para lansia di panti juga memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam keluarga sewaktu belum berada di panti. Di panti memberikan kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu lansia selama tinggal di Panti seperti pada hari Senin ada kegiatan siraman rohani bagi lansia yang beragama Kristen, pada hari Kamis ada kegiatan siraman rohani pada lansia yang beragama Islam, pada hari Jumat ada kegiatan senam para lansia yang dilanjutkan kerja bakti bersama. Ada beberapa lansia yang pada saat muda memiliki peran dalam keluarga namun saat ini sudah jarang dilibatkan dalam keluarga. Ada juga lansia yang kehidupannya susah pada saat sebelum di panti. Semua hal tersebut menuntut penyesuaian dan dapat menimbulkan stres bagi para lansia di panti memberikan kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu lansia selama tinggal di Panti seperti pada hari Senin ada kegiatan siraman rohani bagi lansia yang beragama Kristen, pada hari Kamis ada kegiatan siraman rohani pada lansia yang beragama Islam, pada hari Jumat ada kegiatan senam para lansia yang dilanjutkan kerja bakti bersama. Ada beberapa lansia yang pada saat muda memiliki peran dalam keluarga namun saat ini sudah jarang dilibatkan dalam keluarga. Ada juga lansia yang kehidupannya susah pada saat sebelum di panti. Semua hal tersebut menuntut penyesuaian dan dapat menimbulkan stres bagi para lansia di panti.
Ada beberapa lansia juga yang mengidap penyakit tertentu, seperti “Diabetes Melitus”. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Bilous, 2002). Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer & Bare, 2002). Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono, 2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2006).
SUMBER

Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan Dari Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal Edisi Kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar