
Di
zaman sekarang, fenomena LGBT semakin ramai diperbincangkan.
Hal tersebut disebabkan banyaknya pemberitaan LGBT itu sendiri.
Kemudian diangkatnya wacana atau sosok LGBT dalam media popular. Sehingga
masyarakat semakin familiar. Sehingga LGBT sekarang menjadi trending topic di
kalangan semua usia. LGBT tidak mengenal batasan usia, jenis
kelamin, status sosial maupun pekerjaan bahkan agama.
Tak
jarang mucul olokan yang ditujukan pada anggota LGBT khususnya gay. Hal-hal seperti ini,
opini pribadi akan ketidaksukaan pada gay
atau LGBT secara umum akan muncul, kemudian
bergulir menjadi opini publik melahirkan pandangan gay
itu mengganggu dan membahayakan apalagi jika ia dalam lingkungan
sekolah. Dengan anggapan utama gay dapat menular, serta dengan
sengaja menularkan. Artinya, masih ada mispersepsi publik terhadap
persoalan LGBT.
Masih
adanya pandangan buruk masyarakat membuat seorang gay mesti sedikit mlipir
alias menyingkir atau menepi. Mereka kemudian tidak bebas memilih kawan, juga
tidak leluasa berekspresi sebagai bagian masyarakat sekolah. Akibatnya seorang
gay ini harus berhati-hati jika ingin berekspresi. Bahkan dalam mencari teman
cerita, tidak sembarang orang dapat dijadikan tempat curhat yang baik. Maka
dicarilah solusi paling baik menurut mereka, bahwa mereka harus mencari dan
mendapatkan teman sesama gay di sekolah.
Dalam
proses kehidupan, seseorang dituntut untuk melakoni aktifitas hidup yang tidak
menyimpang. Hal ini dilakukan, agar kita sebagai manusia dapat diterima di
lingkungan sosial. Salah satunya seperti menentukan identitas pribadi yang
paling krusial. Identitas krusial yaitu bagian di mana manusia menggolongkan
dirinya sebagai perempuan atau sebagai laki-laki. Situasi dan lingkungan merupakan
salah satu faktor yang menentukan peristiwa tersebut. Sebab, dalam menjalani
hidup, manusia dihadapkan dengan berbagai macam pilihan seperti apa yang kita
kenakan dan makan, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dan di mana saja
kita menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari. Keempat hal ini sangat
menentukan dimana posisi sosial atau status sosial kita berada. Karena keadaan
tersebut dapat mempengaruhi identitas pribadi yang ada dalam diri manusia itu
sendiri.
A. Pengertian
LGBT
LGBT
merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN,GAY,BISEX dan TRANSGENDER. Pengertian
LGBT tersebut secara global akan kita bahas mengenal lebih jauh tentang dunia
LGBT:
Lesbian
: Orientasi seksual seorang perempuan yang hanya mempunyai hasrat sesama
perempuan.
Gay
: Orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat sesama pria
Bisex
: Sebuah orientasi sexsual seorang Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin
baik Pria/Wanita
Transgender
: Sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya
menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria)
Lesbian,
Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan penyimpangan orientasi seksual
yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat Indonesia.
Fenomena LGBT kian meresahkan, banyaknya negara yang
memperbolehkan pernikahan sejenis, dan mengkampanyekan LGBT atas dasar HAM
membuat setiap warga terutama orang tua menjadi bingung dalam menghadapainya,
penyalahgunaan mengenai HAM menjadi bumerang yang berakibat fatal bagi
kehidupan manusia.
LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN, GAY, BISEX Dan TRANSGENDER adapun pengertian dari LGBT itu sendiri. LESBIAN adalah orientasi seksual seorang Perempuan yang hanya mempunyai hasrat sesama perempuan. GAY merupakan orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat sesama pria. BISEX adalah sebuah orientasi seksual seorang Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik Pria/Wanita. TRANSGENDER adalah sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria).
LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN, GAY, BISEX Dan TRANSGENDER adapun pengertian dari LGBT itu sendiri. LESBIAN adalah orientasi seksual seorang Perempuan yang hanya mempunyai hasrat sesama perempuan. GAY merupakan orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat sesama pria. BISEX adalah sebuah orientasi seksual seorang Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik Pria/Wanita. TRANSGENDER adalah sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria).
B. Faktor yang menyebabkan LGBT
Ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang menjadi LGBT antara
lain
1. Keluarga
Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar, bengis dan panas bara yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu. Hal ini bisa disebabkan keharmoniasan dalam rumah tangga yang tidak terbina, sehingga anak menjadi pelaku penyimpangan seksual, selain dari kekerasan yang dirasakan baik secara mental, fisik, maupun seksual. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat anak-anak akibat kekerasan yang dilakukan oleh para pria baik bapak, kakaknya maupun saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria.
2. Pergaulan dan Lingkungan
Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi kepada kekacauan seksual ini, yang mana anggota keluarga tidak menunjukkan kasih sayang dan sikap orang tua yang baik dan kurangnya pendidikan seksual yang benar menjadikan anak menjadi anggota perilaku menyimpang, pendidikan seks yang benar harus dijelaskan sedikit tidaknya oleh orang tua, baik dari Ibu maupun Bapak, tidak dapat juga dipungkiri hal ini terkadang masih merasa tabu untuk dibicarakan. Kurangnya menerima pendidikan agama yang benar dari kecil juga menjadi salahsatu penyebab perilaku ini terjadi. Selain itu, pergaulan dan lingkungan yang salah akan mempermudah terjerumusnya si anak. Misalnya anak bergaul dengan para pelaku seks menyimpang, atau ketika berada di sekolah berasrama yang berpisah antara laki-laki dan perempuan juga turut mengundang terjadinya hubungan gay dan lesbian.
3. Biologis
Menurut penelitian terkait dengan genetika, ras, ataupun hormon. Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh. Penyimpangan faktor genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius. Bagi golongan transgender misalnya, karakter laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik dan kecenderungan terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika hormon testeron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi perilaku laki-laki tersebut mirip kepada perempuan. Dalam medis, pada dasarnya kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan normal pula adalah XX. Bagi beberapa orang laki-laki itu memiliki genetik XXY. Dalam kondisi ini, laki-laki tersebut memiliki satu lagi kromosom X sebagai tambahan. Justru, perilakunya agak mirip dengan seorang perempuan.
4. Faktor Moral dan Akhlak
Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat, juga menipisnya kontrol sosial yang ada dalam suatu masyarakat juga mengakibatkan hal ini terjadi. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya ransangan seksual dari luar. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.
5. Pengetahuan agama yang lemah
Selain dari faktor moral dan akhlak, kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Pendidikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk akal fikiran, Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk menjalankan mana yang ma’ruf dan yang munkar, mengetahui halal dan haram. Dalam masa yang serba modern ini sangat susah memblok informasi yang berkembang, selain dari lingkungan sekitar, tontonan yang di pertontonkan tidak mengandung nilai moral, seringnya menonton video porno, baik yang lawan jenis maupun khusus gay dan lesbian, kecanduan internet yang bisa mengakses kepada situs pornografi, dan bacaan yang kurang mendidik.
mendapatkan keturunan dan homoseksual membuat 53% atau lebih dari setengah infeksi baru HIV setiap tahun.
1. Keluarga
Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar, bengis dan panas bara yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu. Hal ini bisa disebabkan keharmoniasan dalam rumah tangga yang tidak terbina, sehingga anak menjadi pelaku penyimpangan seksual, selain dari kekerasan yang dirasakan baik secara mental, fisik, maupun seksual. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat anak-anak akibat kekerasan yang dilakukan oleh para pria baik bapak, kakaknya maupun saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria.
2. Pergaulan dan Lingkungan
Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi kepada kekacauan seksual ini, yang mana anggota keluarga tidak menunjukkan kasih sayang dan sikap orang tua yang baik dan kurangnya pendidikan seksual yang benar menjadikan anak menjadi anggota perilaku menyimpang, pendidikan seks yang benar harus dijelaskan sedikit tidaknya oleh orang tua, baik dari Ibu maupun Bapak, tidak dapat juga dipungkiri hal ini terkadang masih merasa tabu untuk dibicarakan. Kurangnya menerima pendidikan agama yang benar dari kecil juga menjadi salahsatu penyebab perilaku ini terjadi. Selain itu, pergaulan dan lingkungan yang salah akan mempermudah terjerumusnya si anak. Misalnya anak bergaul dengan para pelaku seks menyimpang, atau ketika berada di sekolah berasrama yang berpisah antara laki-laki dan perempuan juga turut mengundang terjadinya hubungan gay dan lesbian.
3. Biologis
Menurut penelitian terkait dengan genetika, ras, ataupun hormon. Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh. Penyimpangan faktor genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius. Bagi golongan transgender misalnya, karakter laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik dan kecenderungan terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika hormon testeron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi perilaku laki-laki tersebut mirip kepada perempuan. Dalam medis, pada dasarnya kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan normal pula adalah XX. Bagi beberapa orang laki-laki itu memiliki genetik XXY. Dalam kondisi ini, laki-laki tersebut memiliki satu lagi kromosom X sebagai tambahan. Justru, perilakunya agak mirip dengan seorang perempuan.
4. Faktor Moral dan Akhlak
Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat, juga menipisnya kontrol sosial yang ada dalam suatu masyarakat juga mengakibatkan hal ini terjadi. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya ransangan seksual dari luar. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.
5. Pengetahuan agama yang lemah
Selain dari faktor moral dan akhlak, kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Pendidikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk akal fikiran, Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk menjalankan mana yang ma’ruf dan yang munkar, mengetahui halal dan haram. Dalam masa yang serba modern ini sangat susah memblok informasi yang berkembang, selain dari lingkungan sekitar, tontonan yang di pertontonkan tidak mengandung nilai moral, seringnya menonton video porno, baik yang lawan jenis maupun khusus gay dan lesbian, kecanduan internet yang bisa mengakses kepada situs pornografi, dan bacaan yang kurang mendidik.
mendapatkan keturunan dan homoseksual membuat 53% atau lebih dari setengah infeksi baru HIV setiap tahun.
Di negara Indonesia, komunitas LGBT belum bisa diterima
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat berpandangan miring dari benci, kotor,
serta jijik sampai mengucilkan dan menjauhi mereka. Namun demikian terdapat
juga kelompok masyarakat yang justru pro terhadap komunitas ini. Salah satu
bentuk pengaplikasiannya terbentuk beberapa LSM seperti Swara Srikandi di
Jakarta, LGBT Gaya Nusantara, LGBT Arus Pelangi, Lentera Sahaja dan Indonesian
Gay Society di Yogyakarta.
C. LGBT
menurut sudut pandang agama
Wasekjen Dewan Pertimbangan MUI, Prof. Nasaruddin Umar
mengatakan kawin sejenis tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan kepribadian
ajaran agama di Indonesia. Apapun alasannya itu tidak sesuai kepribadian bangsa
dan umat beragama di Indonesia, Termasuk penggunaan alasan Hak Asasi Manusia.
(HAM), Hak azasi umat beragama untuk menjaga nilai-nilai agama juga wajib
dihormati.
HAM itu ada pada setiap orang, jadi jangan atas nama HAM
minoritas, HAM mayoritas diinjak- injak. Pemerintah harus menegakkan hukum
secara tegas. Pendekatan pendidikan juga diperlukan untuk mencegah terjadinya
perkawinan sejenis. Kalau sampai ada legalitas perkawinan sejenis akan ada
persoalan tersendiri yang timbul.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir
menegaskan, kelompok LGBT, tidak boleh masuk kampus, hal itu tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada dan melarang semua kegiatan LGBT di semua perguruan
tinggi yang berada di bawah Kemenristek Dikti.Terkait dengan keberadaan SGRC
yang mengatasnamakan UI, telah menghubungi Rektor UI ternyata pihak UI pun
melarang dan menyatakan kegiatan tersebut tidak ada izinnya dan bukan merupakan
bagian dari UI.
Anggota Komisi X DPR, Dwita Ria Gunadi mengecam kampus
yang mengizinkan kelompok LGBT melakukan sosialiasi di kampus-kampus. LGBT itu
tidak sesuai baik dari nilai agama maupun adat dan budaya di Indonesia. Selain
itu juga mendapat laporan dari mahasiswa, di Lampung yang di salah satu
kampusnya, kelompok LGBT mengadakan sosialisasi, bahkan salah seorang dosennya
dengan terang-terangan sudah memproklamirkan diri di media sosial untuk terus
mengkampanyekan LGBT.
Mereka itu dalam aksinya, memberikan pemahaman bahwa
perilaku seks menyimpang adalah hak asasi, sehingga masyarakat harus menerima
mereka. Padahal sudah jelas bahwa mereka harus disembuhkan bukan malah
mengadakan kegiatan-kegiatan untuk menggalang dukungan supaya diterima oleh masyarakat.
D.
LGBT menurut sudut pandang HAM
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
mengatakan, polemik LGBT, tidak bisa diselesaikan melalui pendekatan HAM dan
demokrasi. Pendekatan yang benar adalah melalui rehabilitasi.
Pada hakikatnya LGBT merupakan kelainan seksual dalam
peri kehidupan seseorang, sebagaimana juga bisa terjadi di bidang yang lain,
maka pendekatan yang benar adalah prevensi dan rehabilitasi sehingga seseorang
bisa kembali normal. Prevensi dapat dilakukan sejak masa kanak-kanak sebagai
penangkal dini apabila terdapat gejala kelainan seksual dengan cara
psikoterapi, penyadaran, dan latihan-latihan agar kelainan seks itu tidak
berkembang.
Sedangkan proses rehabilitasi diperlukan untuk mereka
yang sudah terlanjur menjadi bagian dari kelainan tersebut. Sesulit apapun
proses rehabilitasi ini harus dilakukan, agar jumlah LGBT tidak membesar. Yang
perlu diperhatikan bahwa masyarakat umum tidak boleh menjauhi mereka secara
diskriminatif karena sesungguhnya mereka sendiri juga tidak menyukai kelainan
tersebut.
Legalisasi yang dilakukan oleh negara-negara barat
terhadap LGBT tidak berangkat dari norma etika dan agama, tapi semata karena
pendekatan sekularis ateistik. Apabila di Indonesia secara sengaja dan
terencana ada kampanye pengembangan LGBT maka hal tersebut merupakan bahaya
terhadap budaya dan tata sosial agamis di Indonesia.
Keberadaan kelompok LGBT dikhawatirkan telah tersebar di
berbagai daerah di Indonesia dan harus diwaspadai oleh pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan lainnya. Untuk meminimalisir berkembangnya kelompok
tersebut, peran orangtua, sangat penting untuk mengawasi kegiatan khususnya
keluarga mereka sendiri agar tidak terjerumus dalam komunitasnya.
Yang perlu diperhatikan bahwa masyarakat umum tidak boleh
menjauhi mereka secara diskriminatif karena sesungguhnya mereka sendiri juga
tidak menyukai kelainan tersebut. Legalisasi yang dilakukan oleh negara-negara
barat terhadap LGBT tidak berangkat dari norma etika dan agama, tapi semata
karena pendekatan hak azasi manusia. Apabila di Indonesia secara sengaja dan
terencana ada kampanye pengembangan LGBT maka hal tersebut merupakan bahaya
terhadap budaya dan tata sosial agamis di Indonesia dan harus ditindak tegas.
LGBT sebagai gerakan yang diorganisir harus dilarang di
negara kita atau pemerintah tidak boleh melegalkannya. menjamurnya mereka
memberi pengaruh tidak baik terhadap mental dan moral generasi bangsa yang
lambat-laun bisa mempengaruhi perilaku masyarakat. LGBT bertentangan dengan
nilai-nilai agama, kepribadian dan budaya bangsa Indonesia serta Pancasila.
Kebebasan yang mereka salahartikan dan merupakan gejala
kejiwaan yang harus disembuhkan. Mengimbau kepada pers dan media massa,
termasuk media sosial, untuk berperan aktif dalam menjaga dan melindungi
ketahanan keluarga dan kehidupan masyarakat Indonesia dari bahaya komunitas
LGBT. Organisasi keagamaan juga harus berperan aktif agar dapat mencegah dan
membantu menyelamatkan generasi bangsa yang terlanjur menempuh jalan sebagai
LGBT untuk kembali ke jalan yang benar.
Dengan berperannya semua elemen yang ada dimasyarakat di
harapkan komunitas LGBT tidak dapat berkembang dan akhirnya masyarakat kita
yang telah salah jalan kembali kepada jalan yang benar sesuai dengan ajaran
agama dan adat istiadat masyarakat Indonesia.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar